TNI Manunggal: Dari Tirai Besi Seng Menuju Kaledoskop Kebahagiaan

oleh
oleh

NUNUKAN – Di ujung negeri, tempat tapal batas dan kehidupan saling berangkai, Komando Distrik Militer (Kodim) 0911/Nunukan kembali memahat jejak pengabdian. Melalui Satuan Tugas TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Ke-124, mereka tak hanya membangun fisik, namun menorehkan asa dan merajut kembali senyum yang sempat tertunda. Bak pasukan yang berpacu dengan waktu, setiap detik yang tersisa adalah permata yang mereka genggam erat, diabdikan untuk merampungkan sebuah mahakarya kemanusiaan: reinkarnasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) menjadi oase kenyamanan, sebuah sasaran fisik tambahan yang krusial, bahkan hingga helaan napas anggaran 2025. Ini bukan sekadar pembangunan; ini adalah deklarasi nyata kepedulian, sebuah simfoni harmoni antara seragam hijau dan denyut nadi perbatasan.

Di jantung kisah ini berdiri rumah Bapak Jailani, di Jl. Anasta Wijaya, Kelurahan Mansapa, yang sebelumnya seperti kerangka rapuh di bawah terik mentari. Dinding hingga atapnya, yang seluruhnya terbuat dari seng, bukan hanya sekadar material; ia adalah tirai besi yang memerangkap sesak, menjebak panas, dan memudar-mutarkan kesehatan. Rumah itu laksana oven di musim kemarau, pengap dan tak berdaya, sebuah cerminan pilu realitas di pelosok negeri, di mana hak atas hunian layak masih menjadi impian yang seringkali tertunda.

Namun, di tangan dingin Satuan Tugas TMMD Ke-124, bayangan kelam itu kini berangsur sirna. Progres pengecoran lantai teras rumah Bapak Jailani bukan hanya sekadar adukan semen dan pasir; ia adalah fondasi baru bagi sebuah kemitraan yang tak lekang waktu. Di sana, di antara peluh dan senyum, terlihat jelas bagaimana para prajurit TNI, dengan seragam lorengnya, berbaur laiknya tetangga sejati, menyatu dengan warga, bahu membahu membuktikan bahwa kemanunggalan itu bukan hanya retorika, melainkan denyut nadi kehidupan. Mereka seolah berlomba dengan sang fajar, agar rumah impian ini segera berdiri tegar, menjadi pelabuhan aman bagi keluarga Bapak Jailani.

Serma Erwin Tuanhu, salah satu benteng dedikasi di Satgas TMMD Ke-124, berujar dengan mata berbinar optimistis, bagai panglima yang tak gentar menghadapi badai. “Kami terus menggenjot progres, tak ada kendala berarti yang sanggup meruntuhkan semangat kami,” tegasnya pada Minggu (25/05), seolah mengukir janji di dada waktu. Harapan mereka laksana permadani yang dibentangkan luas: “Semoga rumah ini segera rampung, menjadi kaledoskop kebahagiaan dan kenyamanan bagi Bapak Jailani dan keluarganya.” Sebuah harapan yang bukan sekadar kata, namun getar tekad yang membara.

Meskipun fondasi teras telah tertuang, “simfoni pembangunan” ini belum selesai. Masih ada gubahan nada-nada penting yang harus mereka rampungkan. Dari ukiran kerangka sekat yang akan membelah ruang menjadi fungsi yang lebih intim, hingga denyut kehidupan baru pada teras depan yang akan menyambut tamu dengan senyum, dapur yang akan menjadi jantung rumah tangga, dinding dapur yang kokoh, hingga sentuhan akhir berupa guratan cat yang akan menghidupkan setiap sudut. Setiap sapuan kuas, setiap paku yang tertancap, adalah doa dan ketelitian, memastikan bahwa saat rumah ini diserahterimakan, ia bukan hanya layak, namun menjelma menjadi harmoni fungsional, estetis, dan penuh cinta.

Dengan penutupan TMMD Ke-124 yang telah membayangi di 4 Juni 2025, Anggota Satgas tak gentar. Meski waktu adalah cambuk yang memacu, optimisme mereka laksana mercusuar di tengah badai. Setiap detail dikerjakan dengan ketelitian seorang seniman, presisi seorang arsitek, memastikan bahwa rumah ini bukan hanya bangunan fisik, tetapi sebuah monumen harapan, sebuah investasi masa depan bagi Bapak Jailani dan keluarga. Kisah ini adalah bukti nyata bahwa di Nunukan, di batas-batas negeri, TNI dan rakyat adalah satu jiwa, membangun bukan hanya rumah, tetapi juga martabat dan masa depan.(0911).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *