Jembatan Ini Tak Butuh Plakat, Karena Ia Sudah Tertulis di Hati

oleh
oleh

KUTAI TIMUR – Di bawah bentangan langit Desa Suka Rahmat yang biru jernih, bukan hanya balok-balok kayu yang disatukan oleh tangan-tangan kokoh para prajurit TNI. Lebih dari itu, di setiap lekukan ukur dan ketukan palu yang mantap, terjalin benang-benang harapan yang mengikat erat denyut nadi kehidupan masyarakat, Jumat (25/07).

Jembatan sepanjang 16 meter dan lebar 4 meter yang sedang digarap oleh Satuan Tugas (Satgas) Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) Ke-125 Kodim 0909/Kutai Timur, lebih dari sekadar struktur fisik; ia adalah jembatan penghubung mimpi, penyeberang kesenjangan, dan simbol pengabdian yang tak terucap.

Bagi masyarakat Suka Rahmat, setiap sentimeter yang terukur dengan teliti pada balok-balok kayu itu adalah bisikan janji. Bisikan yang meruntuhkan tembok isolasi, memekarkan senyum di wajah yang dulu terbatasi akses, dan memendekkan riuh rendah aspirasi yang selama ini terpendam. Di balik setiap gerakan presisi para prajurit, tersembunyi narasi kuat tentang bagaimana TNI menjadi arsitek kemajuan, bukan sekadar penjaga ketertiban.

“Setiap milimeter di sini adalah nyawa jembatan ini. Kesalahan kecil bisa berarti kehilangan kepercayaan besar dari masyarakat. Kami bekerja bukan hanya dengan otot, tapi dengan hati yang tertanam untuk mereka,” ungkap Komandan Satuan Setingkat Kompi (SSK) TMMD Ke-125, Lettu Arh Suhendri, dengan sorot mata penuh keyakinan. Pernyataannya bukan sekadar laporan teknis, melainkan sebuah sumpah setia yang diucapkan di medan pengabdian.

Jembatan ini memang menjadi primadona dalam hajatan TMMD ke-125 kali ini. Namun, cakupan pengabdian para prajurit tak berhenti di sana. Di sudut-sudut lain desa, jejak mereka terukir pada pengerasan jalan sepanjang 900 meter, yang kini menjadi urat nadi kehidupan yang lebih lancar. Rumah-rumah yang dulunya meratap dalam ketidaklayakan, kini bangkit dengan tegak berkat sentuhan rehabilitasi. Rumah-rumah ibadah pun dipermak, menjadi saksi bisu keharmonisan yang kian terjaga. Dan tentu saja, fasilitas MCK yang vital, hadir sebagai bukti nyata kepedulian yang menyentuh kebutuhan paling mendasar. Semua ini adalah melodi harmoni pembangunan yang dimainkan oleh TNI, demi daerah pelosok yang merindukan sentuhan perubahan.

Mungkin tak ada gemuruh tepuk tangan yang membahana di setiap momen pembangunan jembatan ini, tak ada sorotan kamera yang memburu setiap detailnya. Namun, bagi masyarakat Suka Rahmat, ketekunan para prajurit yang teliti mengukur setiap kayu adalah sebuah orkestra kesungguhan yang terdengar jelas.

Mereka menyaksikan, bukan sekadar kekuatan fisik, melainkan kekuatan niat tulus yang terwujud dalam setiap tindakan. Kehadiran TNI di tengah-tengah mereka bukan lagi sekadar pagar keamanan, melainkan tangan-tangan yang ikut serta membangun masa depan.

Di Desa Suka Rahmat, jembatan itu memang belum sepenuhnya berdiri megah. Namun, jauh sebelum fondasi betonnya terhampar sempurna, pondasi kepercayaan yang kokoh dan gelombang optimisme yang membuncah telah lebih dulu tertanam di relung hati setiap warga. Semua itu berkat kerja keras dan pengabdian tanpa pamrih para prajurit TNI, yang telah membuktikan bahwa jembatan terpenting yang mereka bangun adalah jembatan hati. (0909).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *