BARITO KUALA – Dalam sebuah upaya yang patut diapresiasi, Serda Siswanto, Babinsa Koramil 1005-10/Tamban, memimpin perang melawan stunting di wilayah Kodim 1005/Barito Kuala. Pada Rabu, 4 Juni 2025, ia memberikan nutrisi tambahan kepada Makiatul Husna, balita berusia 2 tahun 8 bulan yang menderita gizi buruk dan stunting di Desa Jelapat Baru, Kecamatan Tamban.
Kisah Makiatul Husna menyayat hati. Dengan berat badan hanya 8 kg dan tinggi badan 79 cm, ia jauh dari standar pertumbuhan anak seusianya. Kondisi ini bukan sekadar angka, melainkan gambaran nyata dari dampak buruk stunting yang mengancam masa depannya. Anak pasangan Bapak Sam’uni dan Ibu Siti Aisa ini membutuhkan perhatian dan penanganan serius.
Serda Siswanto, yang juga bertindak sebagai pembina Koramil 1005-10/Tamban, tidak tinggal diam. Ia melihat langsung kondisi Makiatul Husna dan langsung mengambil tindakan. Lebih dari sekadar memberikan nutrisi tambahan, Serda Siswanto juga memberikan edukasi kepada orang tua Makiatul Husna tentang pentingnya gizi seimbang dan pola asuh yang tepat. Ia menjelaskan pentingnya diversifikasi makanan, kebersihan, dan pemantauan kesehatan secara berkala.
Dalam kesempatan itu Serda Siswanto selaku Babinsa Koramil 1005-10/Tamban menyampaikan, Sebagai Babinsa, saya merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan warga di wilayah binaan saya. Melihat kondisi Makiatul Husna, saya tergerak untuk membantu. Ini adalah bagian dari tugas kami untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan masyarakat, termasuk dalam hal kesehatan.
“Ini bukan hanya soal memberikan makanan tambahan, ini tentang memberikan harapan dan masa depan yang lebih baik bagi Makiatul Husna. Kami ingin memastikan ia tumbuh sehat dan kuat, sehingga dapat meraih cita-citanya kelak.” Lanjut Serda Siswanto.
Aksi Serda Siswanto ini bukan sekadar kegiatan seremonial. Ia merupakan bagian dari komitmen Kodim 1005/Barito Kuala dalam upaya pencegahan dan penurunan angka stunting di wilayahnya. Kehadiran Babinsa di tengah masyarakat memungkinkan deteksi dini kasus gizi buruk dan stunting, sehingga penanganan dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
“Kami berharap, melalui upaya-upaya seperti ini, angka stunting di Barito Kuala dapat terus menurun dan anak-anak kita dapat tumbuh dengan sehat dan optimal.” Tutup Babinsa.
Program ini juga menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam penanggulangan stunting. Tidak hanya fokus pada pemberian nutrisi, tetapi juga mencakup edukasi kesehatan, peningkatan sanitasi, dan pemberdayaan masyarakat. Kerjasama antara TNI, pemerintah daerah, tenaga kesehatan, dan masyarakat sangat krusial dalam keberhasilan program ini.
Kisah Makiatul Husna dan kepedulian Serda Siswanto menjadi bukti nyata bahwa kerjasama dan kepedulian dapat menciptakan perubahan positif dalam mengatasi masalah stunting. Semoga inisiatif ini menginspirasi lebih banyak pihak untuk terlibat aktif dalam upaya penanggulangan stunting di Indonesia.(1005).